PDIP Setuju PAN Berada di Oposisi

Foto: Ari Saputra/detikcom
Foto: Ari Saputra/detikcom

Jakarta - Pengamat politik dari Indo Barometer Muhammad Qodari menilai Ketua Dewan Kehormatan PAN Amien Rais menjadi faktor pertimbangan penting bagi Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk menentukan apakah PAN bergabung di kabinet Presiden Jokowi atau tidak. PDIP sebagai pengusung Jokowi, setuju dengan hal itu.

Qodari menyebut ada beberapa faktor pertimbangan Jokowi jika mengajak PAN bergabung ke kabinet, yaitu, faktor pertama, Amien Rais yang masih memiliki jabatan di PAN sebagai Ketua Dewan Kehormatan PAN. Kemudian yang kedua, Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan seringkali memiliki pandangan yang bersebrangan dengan Amien dalam menentukan sikap politik.

Politikus PDIP, Eva Kusuma Sundari, setuju dengan pandangan Qodari. Ia menyebut PAN sebaiknya berada di barisan oposisi, dan tidak perlu masuk ke dalam kabinet Jokowi periode kedua.

"Jadi tidak produktif gitu lho kalau masuk dalam kabinet, karena nanti seperti 2 kaki kan, dan kita sudah punya pengalaman itu. Jadi menurutku Mas Qodari obyektif, karena melihat preseden yang lalu. Sepanjang melihat sikap Pak Amien Rais yang oposan, dan kuat sekali mempengaruhi parlemen, karena kan ditakuti tuh, walaupun Ketua Umum Mas Zul, tapi kan anggota DPR PAN bergayung sambut dengan Pak Amien Rais, daripada dengan Pak Zul," ujar Eva kepada wartawan, Rabu (16/10/2019) malam.

"Jadi nggak produktif (masuk ke dalam kabinet) menurutku, dan tiwas kikuk juga kan Pak Zul kalau anak buahnya kemudian ber-asimetris dengan beliau," imbuhnya.

Eva juga mengungkit saat Jokowi memberi jatah kursi menteri ke PAN yang saat itu dijabat Asman Abnur sebagai Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Menpan-RB), namun Amien terus mengkritik pemerintahan Jokowi. Menurut Eva, Amien juga memiliki peran penting di PAN dibanding Zulkifli.

"Sebetulnya kenapa Pak Jokowi ingin orang masuk kabinet, kan sebagai pembantu ya. Jadi seharusnya nggak ada oposisi ketika berani masuk ke dalam kabinet, tapi kan kasus PAN seperti periode lalu ketika mendapat 2 kursi, digasak terus-terusan sama Pak Amien Rais. Jadi, ini problem etika di dalam berkoalisi. Kalau Pak Zul selalu siap ya, tapi Pak Zul kan tidak berdaya terhadap Pak Amien Rais, sementara secara kultural Pak Amien kuat di dalam PAN," katanya.

Selain itu, Eva juga meminta sebaiknya PAN tetap berada di barisan oposisi. Jika PAN tetap ingin bergabung ke kabinet Jokowi-Ma'ruf, Eva meminta syarat ke Zulkifli yaitu mendispilnkan Amien agar tidak menganggu kerja Jokowi di periode kedua.

"Ya sekarang terantung Pak Zul, Pak Amien nggak mungkin lah melepas PAN, dan Pak Zul juga nggak mungkin bisa mendisplinkan Pak Amien. Jadi, sudah lah dikuatin aja di luar koalisi, dan kelak kalau situasi bisa berubah, bisa masuk dalam sini (koalisi Jokowi), tapi buktikan dulu kalau Pak Amien disiplin, partainya bisa ditertibkan oleh Pak Zul," tegas Eva.

Sebelumnya, Qodari menyampaikan pandangannya terkait pertemuan Ketum PAN Zulkifli dengan Presiden Jokowi di istana. Jokowi mengaku dalam pertemuan itu membahas tentang koalisi PAN.

Qodari lantas mengkritik Amien yang dinilai tak pernah akur dengan Jokowi. Amien juga kerap melontarkan pernyataan yang menyerang Jokowi dengan keras. Ia pernah menyebut Jokowi sebagai 'presiden bebek lumpuh', dan bahkan menuduh Jokowi berbohong.

"Amien Rais selalu tetap mengkritik pemerintahan Jokowi, dan ujung-ujungnya, siapa pun ketua umumnya, PAN ini selalu mengambil seolah-olah oposisinya Jokowi," ujar Qodari.

Hal ini dinilai Qodari menjadi salah satu pertimbangan penting bagi Jokowi, dalam menimbang-nimbang apakah membuka pintu bagi PAN atau tidak.

(zap/maa)


EmoticonEmoticon

iklan banner